ANALISIS TEOLOGIS TENTANG PRAKTIK FANANÕ BUNGA SI BOHOU DI LINGKUNGAN GEREJA ANGOWULOA FA’AWÕSA KHÕ YESU (AFY)
Main Article Content
Abstract
Kehidupan setelah kematian merupakan misteri yang tak terpecahkan bagi orang-orang yang belum memahami makna kematian yang sesungguhnya. Isu ini mendorong kita untuk memikirkan tempat jiwa manusia pasca kematian. Atas ketidakmengertian, banyak ritual yang dilakukan keluarga dengan melibatkan pihak rohaniwan untuk membebaskan jiwa almarhum dari dunia orang mati. Fenomena ini telah menjadi ciri khas Gereja AFY, di mana setelah tiga hari almarhum dikuburkan akan dilaksanakan Fananõ Bunga Si Bohou. Keberagaman pemahaman dari para pelayan di Gereja AFY menimbulkan kekeliruan terhadap dogmatika gereja yang berdasarkan pada teologi Lutheran. Dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif, penelitian ini menawarkan sebuah kesimpulan kritik evaluatif demi merekonstruksi makna praktik Fananõ Bunga Si Bohou di kalangan jemaat AFY dengan pertimbangan yang utuh terhadap teologi yang Alkitabiah. Fananõ Bunga Si Bohou harus dipertahankan sebagai ciri khas dengan makna bahwa almarhum sudah berada di tempat yang layak bagi dia menurut imannya dan akan dibangkitkan pada saat Kristus Yesus datang kembali.
Life after death is an unsolved mistery for people who do not understand the true meaning of death. This issue encourages us to think about the place of the human soul after death. Out of ignorance, many rituals are performed by families with the involvement of clergy to free the soul of the deceased from the world of the dead. This phenomenon has became a characteristic of the AFY Church, where after three day the deceased is buried, the Fananõ Bunga Si Bohou will be held. The diverse understandings of the ministers in the AFY Church have led to miunderstandings of church dogmatics based on Lutheran theology. Using a descriptive qualitative method, this study offers an evaluative critical conclusion in order to reconstruct the meaning of the practice of Fananõ Bunga Si Bohou among the AFY congregation with full consideration of biblical theology. Fananõ Bunga Si Bohou should be maintained as a distinctive featue with the meaning that the deceased is already in a place worthy of him according to his faith and will be resurrected at the return of Christ Jesus.
Article Details

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
References
Barclay, William. PASH: Surat Galatia dan Efesus. Cet. 14. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017.
Gumelar, Fajar, Christopher J. Luthy, Robi Panggarra, dan Hanny Frederik. “Makna Kata ??????? dalam Injil Matius 5:48 dan Implikasinya bagi Orang Percaya.” Kamasean: Jurnal Teologi Kristen 2, no. 2 (2021): 61–78.
Guthrie, Donald. Teologi Perjanjian Baru 3. Cet. 17. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2019.
Hadiwijono, Harun. Iman Kristen. Cet. 25. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2021.
Hämmerle, P. Johannes M., OFMCap. Kenali Asal Usulmu. Disunting oleh Nata’alui Duha. Cet. 1. Gunungsitoli: Yayasan Pusaka Nias, 2021.
Henry, Matthew. Surat Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1 & 2 Tesalonika, 1 & 2 Timotius, Titus, Filemon. Disunting oleh Johnny Tjia, Barry van der Schoot, dan Stevy W. Tilaar. Cet. 1. Surabaya: Momentum Christian Literature, 2015.
Hoekema, Anthony A. Alkitab dan Akhir Zaman. Disunting oleh Kalvin S. Budiman. Cet. 4. Surabaya: Momentum Christian Literature, 2014.
Koehler, Edward W. A. Intisari Ajaran Kristen. Disunting oleh Nursusilo Rahardjo. Cet. 1. Pematangsiantar: Kolportase Pusat GKPI, 2010.
Krisnado, Decky, Enggar Objantoro, dan I Putu Ayub Darmawan. “Konsep Teologi Injili tentang Roh Orang Mati.” Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat 3, no. 1 (2019).
Lawolo, Mey Daman. “Identitas Kristus: Kajian Dogmatika bagi Kawula Muda Kristen.” Jurnal Missio Cristo 6, no. 2 (2023): 81–99. https://doi.org/10.58456/missiocristo.v6i2.54.
Lawolo, Mey Daman, dan Nur Hayati Buaya. “Konstruksi Sosio-Religius Ono Niha: Analisis Penggunaan Sura Ni’amoni’ö sebagai Simbol dan Sumber Kekuatan.” Parakletos: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen 1, no. 2 (2025): 1–16.
———. “Peranan Ira Alawe So Halõ?õ di Gereja Angowuloa Fa’awõsa Khõ Yesu (AFY).” Jurnal Teologi RAI 1, no. 2 (2024): 197–205.
Lowery, David K. “Teologi Surat-Surat Misi Paulus.” Dalam A Biblical Theology of the New Testament, disunting oleh Roy B. Zuck dan Darrell L. Bock, Cet. 2. Malang: Gandum Mas, 2021.
Mangoli, Yefta Yan. “Studi tentang Keadaan Setelah Kematian dalam Perspektif Perjanjian Baru.” Ritornera: Jurnal Pentakosta Indonesia 2, no. 1 (2022): 30–38.
Obehetan, Yeheskiel, Mey Daman Lawolo, dan Yehu Buan. “Implementasi Injil adalah Kekuatan Allah Berdasarkan Studi Surat Roma 1:16–17.” Luxnos: Jurnal Sekolah Tinggi Teologi Pelita Dunia 9, no. 2 (2023): 282–99.
Phillips, Richard D. Apa yang Terjadi Sesudah Kematian? Disunting oleh Soemitro Ongosandojo. Cet. 1. Surabaya: Momentum Christian Literature, 2019.
Pimpinan Majelis Sinode. “Peraturan Sinode Angowuloa Fa’awõsa Khõ Yesu (AFY) Nomor: 1 Tahun 2015.” Dalam Perubahan Tata Dasar dan PRT AFY 2015, 1–16. Idanogawo, Nias: Sinode AFY, 2015.
Solihin, Benny. “Di Manakah Orang-Orang yang Telah Meninggal Dunia Berada?: Sebuah Studi Mengenai Intermediate State.” Veritas 4, no. 2 (2003): 225–37.
Sproul, R. C. Mengapa Percaya? Disunting oleh Fenny Veronica. Cet. 4. Malang: Literatur SAAT, 2003.
Stott, John R. W. PPAAMK Efesus. Disunting oleh Martin B. Dainton dan H. A. Oppusunggu. Cet. 1. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2003.
Telaumbanua, Tuhoni. “Dunia Orang Mati Menurut Kepercayaan Masyarakat Nias.” Sundermann: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan 14, no. 1 (2021): 1–17. https://doi.org/10.36588/sundermann.v14i1.49.
Telaumbanua, Tuhoni, dan Uwe Hummel. Salib dan Adu. Disunting oleh Sonia C. Parera-Hummel, Gabo Gea, dan Rika Uli Napitupulu-Simarangkir. Cet. 1. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015.
Zega, Sabaria. “Keberadaan Jiwa Orang Percaya Setelah Kematian Menurut 1 Tesalonika 4:14.” ERESI: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 1, no. 1 (2020): 34–60.